Di malam pertama, Alex terbangun pukul dua pagi. Dari lorong, terdengar bunyi palu dan suara samar-samar teriakan seperti pekerja yang sibuk membangun. Ia membuka pintu dan melihat seorang pria berpakaian kerja memegang palu besar, wajahnya kosong, matanya hitam tak berkilau. Alex mundur, dan pria itu hilang di lorong, meninggalkan dingin yang menyusup hingga ke tulangnya.
Keesokan paginya, Alex bertanya kepada resepsionis, namun hanya dijawab dengan senyum tak nyaman. "Itu hanya legenda, Tuan. Hotel ini memiliki sejarah panjang," katanya singkat.
Malam kedua lebih mengerikan. Saat hendak tidur, Alex merasakan sesuatu berat menekan dadanya. Ia membuka mata, hanya untuk melihat seorang pria berwajah penuh luka menatapnya. Pria itu membuka mulut seolah ingin berbicara, namun tak ada suara yang keluar. Tubuhnya penuh luka bekas ledakan, seperti korban konstruksi yang tak terselamatkan. Ketika Alex berteriak, sosok itu menghilang, menyisakan bau menyengat darah dan debu.
Ketakutan, Alex menyelidiki. Ternyata, hotel ini dibangun di atas bekas tanah proyek yang terbengkalai. Saat itu, konstruksi dihentikan akibat serangkaian kecelakaan fatal, menewaskan banyak pekerja. Namun, pengusaha hotel tidak peduli, hanya mengubur fakta itu bersama jasad mereka di pondasi.
Kini, para arwah itu menghantui siapa saja yang berani tinggal, menceritakan kematian mereka yang tak pernah didengar. Di hari terakhirnya, Alex pergi tanpa menoleh ke belakang, namun bisikan samar itu terus menghantuinya, seolah mengingatkan bahwa mereka masih terperangkap di dalam.